SURABAYA, Slentingan.com – Wakil Ketua DPRD Surabaya, AH Thony mengatakan, kehadiran wisata Kota Lama mendorong pemerintah kota lebih berani berinovasi dengan mengadakan gelaran drama kolosal yang terjadwal dan ditampilkan pada momen tertentu.
“Revitalisasi menjadikan kawasan yang hidup. Kondisi yang hidup itu mampu menggerakkan perekonomian bersama dengan nasionalisme masyarakat,” ujar AH Thony, Kamis, 4 Juli 2024.
Untuk mendukung hal tersebut, kehadiran wisata Kota Lama yang baru saja di launching harus mampu menampilkan rangkaian cerita sejarah awal mula terbentuknya kawasan itu.
Menurutnya, bahwa cerita sejarah awal mula terbentuknya Kota Lama, termasuk adanya Zona Eropa, Pecinan, Arab, dan Melayu, harus ditonjolkan. Tujuannya agar masyarakat Surabaya tahu akan sejarah terbentuknya wilayah tersebut.
“Sebagai destinasi wisata dengan nilai sejarah yang kuat, akan lebih baik jika cerita-cerita tersebut dirangkai dengan baik. Di sana sekarang juga sudah ada replika mobil AWS Mallaby,” paparnya.
Masih kata politisi Partai Gerindra ini, hal itu diperlukan agar Kota Lama tidak hanya menjadi destinasi wisata, melainkan juga kawasan edukasi bagi masyarakat.
“Ini agar masyarakat sadar bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang mandiri,” ucapnya.
Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa hal ini juga bertujuan untuk memperkuat nasionalisme masyarakat, terutama para pemuda Surabaya.
“Setiap orang yang datang ke sana bisa memahami nilai perjuangan dari Kota Lama, sehingga dapat memupuk nasionalisme masyarakat, khususnya para pemuda,” kata Thony.
Pimpinan DPRD ini menambahkan bahwa hal ini juga akan menjadi ciri khas dan pembeda Kota Lama Surabaya dari kawasan serupa di daerah lain.
Thony optimistis bahwa keunikan Kota Lama mampu menarik wisatawan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, sehingga jumlahnya akan semakin banyak.
Untuk itu, diperlukan upaya eksplorasi dan riset yang sah agar cerita tersebut tidak menjadi sekadar legenda. “Jadi benar-benar fakta sejarah,” bebernya.
AH Thony mengapresiasi kehadiran UMKM dan komponen penunjang lainnya, seperti persewaan baju dan sejumlah transportasi wisata.
“Tidak masalah kalau ada persewaan baju yang biasa dipakai orang Belanda dulu, tetapi harus tetap pro kepentingan masyarakat,” pungkasnya. HUM/BOY