Surabaya, Slentingan.com – Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya AH Thony mengajak masyarakat memiliki kepedulian serta komitmen kuat untuk senantiasa melestarikan aksara Jawa.
Bertepatan dengan peringatan Hari Aksara Internasional pada 8 September 2023, legislator Partai Gerindra ini melakukan upaya nyata dengan mengadakan pertemuan bersama pegiat sejarah dan budaya di Surabaya, Rabu (6/9/2023).
Selain mendukung spirit di Hari Aksara Internasional ini, yakni memberantas buta huruf, juga menjadi dasar seluruh dunia untuk meningkatkan kualitas literasi masyarakat. Strategi penguatan aksara Jawa atau lebih dikenal Hanacaraka untuk bisa bangun dan tetap lestari.
Hadir dalam diskusi tersebut, AH Thony bersama pegiat sejarah dan budaya dari komunitas Begandring Nanang Purwono, Konsulat Jepang Ishii Yutaka, serta perwakilan dari Balai Bahasa Jawa Timur, dan Jerman berdiskusi membahas strategi aksara Jawa.
Bahkan sebagai rujukan Jepang yang secara turun temurun sampai era modern bisa melestarikan bahasa dan aksaranya mulai kanji, hiragana dan katakana.
“Jadi kami lakukan diskusi dan sekaligus studi komparasi mengapa aksara kanji, hiragana serta katakana bisa lestari sampai saat ini di Jepang? Sehingga kami mencoba ingin mengadopsi kemajuan kebudayaan aksara di sana (Jepang, red) melalui proses edukasi ke masyarakat,” kata AH Thony, Kamis (7/9/2023).
Dari diskusi tersebut ia mengaku jika ada strategi yang paling efektif untuk memulai membangkitkan aksara Jawa di Jawa Timur khususnya, dengan metode enskripsi, dimana istilah dan kalimat yang sering digunakan secara umum, tidak hanya ditulis dengan huruf latin atau huruf kapital saja, namun juga disandingkan aksara Jawa.
“Dari Balai Bahasa Jawa Timur merespons bagus, bahkan ada keinginan memfasilitasi tentang strategi kemajuan kebudayaan dengan pengenalan aksara kepada masyarakat dan pendekatan yang pas, saya rasa akan lebih baik,” terangnya.
Dalam hari aksara internasional AH Thony berharap bisa menyandingkan aksara daerah Jawa dengan aksara internasional. Dengan begitu Hanacaraka lebih naik kelas dan tidak lagi dikenal di lingkungan (daerah, red) tapi di mata dunia.
Bahkan, AH Thony juga tengah menggagas agar diawali dengan tulisan aksara Jawa di kantor Gubernur di Jalan Pahlawan maupun gedung Grahadi bisa menjadi contoh bagi daerah lain sampai tingkat desa.
Karena menurutnya menjadi strategi untuk memajukan aksara Jawa dan lebih dikenal di masyarakat. Tentu dengan SK Gubernur agar bisa memerintahkan kepala daerah dan seluruh jajaran dibawah untuk melakukan hal serupa.
“Kalau berkenan Ibu Gubernur (Khofifah Indar Parawansa) berkenan menerima gagasan kami kerja sama dengan Balai Bahasa nanti bisa dilakukan tulisan atau huruf Jawa di kantor Gubernur agar menjadi patron bagi daerah di Jawa Timur sampai tingkat desa,” harapnya.
Sementara itu Konsulat Jepang Ishii Yutaka yang hadir dalam diskusi tersebut terlihat mengenakan blangkon yang merupakan tutup kepala yang dibuat dari batik merasa senang dan nyaman menggunakan blangkon.
Bahkan ia sempat berbicara menggunakan bahasa Jawa. “Ora iso boso jowo (tidak bisa bahasa Jawa, red),” ujar Ishii Yutaka sembari tersenyum.
Ia mengaku banyak belajar banyak tentang Surabaya dan Jawa. Ishii sangat mendukung pelestarian aksara Jawa.
Menurutnya di Jepang sejak anak-anak wajib belajar tiga aksara Kanji, Hiragana serta Katakana. Bahkan aksara di koran, televisi maupun buku di sana menggunakan bahasa Jepang. Dengan begitu budaya maupun aksara Jepang sangat kuat.
“Di Jepang, sejak anak-anak harus belajar semuanya. Baik TK SD harus setiap hari nulis belajar dan belajar. Sehingga sudah tersistem kuat. Bahkan setiap aksara mempunyai arti,” pungkasnya. (hum/cak)