SURABAYA, Slentingan.com – Wakil Ketua Komisi C DPRD Surabaya, Aning Rahmawati, meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk mengecek parameter air Sungai Kali Darmo. Hal ini menyusul kondisi aliran sungai berbusa putih tebal.
Menurut Aning, pengecekan diperlukan untuk memastikan apakah parameter air masih berada dalam ambang batas yang ditetapkan atau sudah melebihi standar. Dia juga mendorong Pemkot untuk proaktif mencari solusi terkait dengan penyebab munculnya busa di lokasi.
“Pemkot harus memeriksa parameter air di Sungai Kali Darmo untuk memastikan apakah masih berada dalam ambang batas atau sudah melampaui standar. Serta mencari solusi terkait dengan penyebab pencemaran, apakah berasal dari grey water atau limbah perusahaan atau unit usaha,” ujar Aning, Rabu, 11 Oktober 2023.
Meskipun demikian, politisi PKS ini menekankan bahwa penanganan Sungai Kali Darmo harus sesuai dengan kewenangan yang dimiliki oleh Pemkot atau Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim.
“Perlu menentukan kewenangan penanganan, jika kewenangan berada di tingkat provinsi, maka Pemkot sebaiknya proaktif dalam berkomunikasi,” tambahnya.
Aning berharap penanganan Sungai Kali Darmo yang tercemar dapat segera dilakukan. Di sisi lain, ia mendorong Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya untuk terus melakukan sosialisasi kepada pelaku usaha mengenai pentingnya penggunaan instalasi pengolahan air limbah (IPAL).
Seperti yang telah dilaporkan sebelumnya, permukaan aliran Sungai Kali Darmo di Keputran, Tegalsari mengeluarkan buih pada Rabu (11/11/2023) pagi. Saat ini, penyebab munculnya buih putih tersebut masih belum diketahui.
Pantauan Memorandum menunjukkan bahwa aliran Sungai Kali Darmo di Jalan Raya Darmo Kali dipenuhi dengan busa putih tebal, khususnya di sekitar Jembatan Galuh. Busa-busa ini seringkali tampak seperti hamparan salju. Warna air kali terlihat berubah menjadi keruh.
Seorang warga bernama Yono mengatakan bahwa busa tersebut mulai muncul setiap pagi. Ini merupakan kali pertama fenomena sungai berbusa terjadi di Sungai Kali Darmo.
“Hampir setiap pagi kondisinya berbusa,” ujar Yono.
Yono mencatat bahwa di sekitar area temuan busa tidak terdapat pabrik. Dia menduga bahwa fenomena ini mungkin disebabkan oleh limbah sisa cucian mobil yang lokasinya relatif dekat. “Sepertinya berasal dari cucian mobil. Di sekitar sini tidak ada pabrik,” jelasnya.
Sementara itu, petugas DKRTH bernama Nur menyatakan bahwa busa tersebut diduga berasal dari hulu dan terbawa hingga hilir ke sungai besar Kali Darmo. Diketahui bahwa busa itu terbawa oleh arus dari pompa air Kali Darmo.
“Setiap hari memang kondisi air berbusa. Pada pagi hari, kondisinya seperti ini, dengan busa keluar dari pembuangan air,” ujarnya.
Nur menduga bahwa fenomena ini mungkin disebabkan oleh limbah rumah tangga, seperti air bekas mencuci baju, air bekas mandi, dan sejenisnya.
Busa ini muncul karena adanya turbulensi atau pengadukan dari proses pemompaan pada jam-ham tertentu. (cak/bad)