Surabaya, Slentingan.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur (Jatim) mencatat ada 22 kabupaten di wilayahnya yang terdampak kekeringan kritis. Kondisi tersebut terjadi akibat minimnya curah hujan selama musim kemarau tahun ini.
Kepala Pelaksana BPBD Jatim, Gatot Soebroto mengatakan, total titik kekeringan kritis di Jatim sepanjang musim kemarau 2023 ini ada 500 titik. Angka tersebut lebih sedikit dibanding tahun 2022 lalu yang mencapai 513 titik.
“Jumlahnya menurun bila dibandingkan tahun lalu. Tahun ini 500 desa kering kritis, tahun lalu 513. Kemudian untuk kering langka (jarak sumber air di bawah 3 km) saat ini ada 253 desa. Lalu untuk titik kering langka terbatas (jarak sumber air di bawah 1 km) ada 91 desa tahun 2023 ini,” kata Gatot, Jumat (15/9/2023).
Menurut Gatot, 22 kabupaten yang terdampak kekeringan kritis tersebut tersebar di seluruh wilayah Jatim, kecuali Kabupaten Lumajang. Sejumlah kabupaten yang terdampak kekeringan kritis antara lain Kabupaten Kediri, Tuban, Bojonegoro, Ponorogo, Nganjuk, Trenggalek, Tulungagung, Situbondo, Blitar, Gresik, Mojokerto, Lamongan, Pasuruan, Probolinggo, Pacitan, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Bondowoso, Jember, dan Sumenep.
Gatot mengatakan, BPBD Jatim telah melakukan dropping air bersih ke-22 kabupaten tersebut guna membantu titik-titik yang sudah masuk kekeringan kritis.
“Jadi di masing-masing daerah itu ada beberapa titik desanya yang sudah masuk kekeringan kritis. Jadi bukan satu kabupaten, namun beberapa titik,” jelasnya.
“Wilayah yang sudah melakukan dropping air dari BPBD Jatim sebanyak 22 kabupaten. Tetapi untuk wilayah yang sudah mengeluarkan status tanggap maupun siaga darurat baru 20 kabupaten. Sehingga, wilayah yang sudah mengeluarkan SK bisa mengeluarkan dana Belanja Tak Terduga (BTT) untuk mendukung giat distribusi menangani kekeringan,” tambahnya.
Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Kelas II Malang melaporkan bahwa seluruh wilayah kabupaten/kota kecuali Lumajang di Jatim terdampak hari tanpa hujan (HTH). Kondisi yang berimbas kekeringan itu masuk kategori ekstrem.
“Berdasarkan monitoring hari tanpa hujan di Jatim berturut-turut pada dasarian I September 2023, ini ternyata wilayah Jatim sudah mengalami kekeringan ekstrem lebih dari 60 hari yang merata hampir di seluruh wilayah Jatim dan 10 wilayah mengalami HTH dengan kategori sangat panjang, 31 sampai 60 hari,” kata Kepala Stasiun Klimatologi Kelas II Malang, Anung Suprayitno.
Dia menjelaskan bahwa wilayah-wilayah yang mengalami HTH kategori sangat panjang (31-60 hari) meliputi Ngawi, Pacitan, Kediri, Malang, Lumajang, Jember, Banyuwangi, Bojonegoro, Tuban, dan Sampang.
Gatot mengimbau masyarakat untuk menghemat air dan menjaga kebersihan lingkungan. Ia juga meminta masyarakat untuk segera melapor kepada BPBD setempat jika ada wilayah yang mengalami kekeringan.(HUM/BAD)