SURABAYA, Slentingan.com — Di tengah hiruk-pikuk informasi yang kian tak terbendung, Wakil Ketua DPRD Surabaya Arif Fathoni mengingatkan bahwa ancaman terhadap bangsa kini tak lagi datang dari deru senapan.
Melainkan dari serbuan narasi yang membelokkan akal sehat. Karena itu, ia mendesak mahasiswa, yang selama ini hanya diposisikan sebagai agent of change, untuk naik kelas menjadi penjaga kebenaran di tengah kabut digital.
Pesan tegas itu disampaikan Fathoni saat menerima audiensi dosen dan mahasiswa dari tujuh fakultas Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) di Gedung DPRD Kota Surabaya, Rabu, 25 November. Sekretaris Fraksi Golkar Ahmad Nurjayanto turut hadir dalam pertemuan tersebut.
Dalam dialog bertema nilai kepahlawanan masa kini, Fathoni menyoroti posisi Indonesia yang berada di persimpangan kepentingan geopolitik global.
Menurutnya, keterbukaan informasi yang ekstrem justru membuat Indonesia lebih rentan dijadikan arena pertarungan pengaruh oleh kekuatan besar dunia.
“Serangan terhadap kedaulatan hari ini tidak memakai tank, tidak butuh pasukan. Cukup dengan distorsi informasi yang diputar dan disebar tanpa henti di media sosial. Pelan tapi pasti, persatuan bangsa bisa tergerus,” ujarnya.
Fathoni menilai mahasiswa memiliki peran strategis dalam memutus efek domino manipulasi informasi. Ia menegaskan bahwa publik kian kesulitan membedakan fakta dan fiksi di tengah derasnya arus konten digital, sebuah kondisi yang menurutnya tak bisa dibiarkan.
“Saya mengajak mahasiswa UWKS untuk tidak berhenti sebagai agent of change. Jadilah agent of truth. Pelopori literasi digital lewat perangkat sederhana yang kalian genggam setiap hari. Itulah wujud kepahlawanan di era ini,” tegasnya.
Tak hanya soal dunia digital, Fathoni juga menyinggung upaya Pemerintah Kota Surabaya merawat nilai kebangsaan melalui pembentukan Kampung Pancasila. Ia menekankan bahwa program tersebut harus lebih dari sekadar papan nama atau jargon seremonial.
“Kampung Pancasila harus menjadi ruang hidup tempat ideologi benar-benar berdenyut dalam relasi antarwarga. Pancasila tidak boleh berhenti sebagai konsep, ia harus mewarnai cara kita berinteraksi,” pungkasnya. HUM/BOY
