Surabaya, slentingan – Percepatan vaksinasi terus dilakukan. Kali ini vaksinasi juga diberikan kepada warga binaan di di Rutan Surabaya Kanwil Kemenkumham Jatim.
Kepala Kanwil Kemenkumham Jatim, Krismono, mengatakan percepatan vaksinasi di lapas/rutan perlu dilakuka. Hal ini karena lapas/ rutan menjadi daerah yang rawan penyebaran Covid-19. Kanwil Kemenkumham Jatim sendiri membawahi 39 rutan yang tersebar di seluruh wilayah Provinsi Jawa Timur.
“Kami sudah berkoordinasi dengan pemerintah provinsi untuk mempercepat proses vaksinasi,” ujar Krismono.
Namun kondisi yang kurang ideal membuat proses vaksinasi Covid-19 di Rutan Surabaya Kanwil Kemenkumham Jatim perlu kehati-hatian. Pihak rutan yang terlatak di Medaeng itu harus memastikan setiap warga binaannya tidak mengalami efek samping yang berlebihan. Salah satunya dengan melakukan isolasi di blok khusus sebelum dan sesudah proses vaksinasi.
Karutan Surabaya, Wahyu Hendrajati Setyo Nugroho, menjelaskan proses vaksinasi di rutan berbeda dengan masyarakat umum. Pasalnya, tenaga kesehatan yang dimiliki rutan berkapasitas 504 orang itu terbatas. “Sehingga kita harus menghitung kemampuan nakes kami, jangan sampai kewalahan karena banyaknya keluhan akibat efek samping vaksin,” ujar Hendrajati, Senin (6/9/2021).
Saat ini, baru 116 warga binaan yang tervaksin dari total 1.828 penghuni. Dari jumlah itu, mayoritas memang merasakan efek samping vaksin keluaran Astra Zeneca tersebut. Mayoritas mengeluh demam. Pihak rutan pun memberikan obat maupun terapi untuk meminimalisir efek samping. “Ada satu orang yang merasakan efek samping agak berat dan lama, yaitu pusing dan mual, tapi bisa tertangani,” jelasnya.
Untuk itu, agar mempermudah proses pemantauan, pihak Rutan Surabaya membuat blok khusus untuk warga binaan yang masuk daftar penerima vaksin. Blok D yang biasanya dibuat hunian, dijadikan tempat isolasi. “Satu hari sebelum vaksin, mereka diisolasi diletakkan dalam satu blok. Tujuannya untuk pengawasan dari segi kesehatan, terkait pola tidur dan pola makannya,” ujarnya.
Dengan ditempatkan dalam satu blok, proses vaksinasi juga berjalan lebih efektif dan efisien. Setelah vaksin, warga binaan harus tetap berada di blok isolasi selama minimal 2×24 jam. “Hal ini untuk memudahkan pemantauan efek samping vaksin,” ujar Hendrajati.
Setelah dua hari tidak ada keluhan, warga binaan dikembalikan ke blok masing-masing. Hendrajati mengungkapkan bahwa pihaknya akan segera melakukan proses vaksinasi lanjutan. Mengingat masih banyak warga binaannya yang belum tervaksin.(cak)