SURABAYA, Slentingan.com – Antrean panjang di ruang IGD sejumlah rumah sakit di Surabaya menjadi sorotan serius. Kondisi ini semakin mendesak pemerintah kota untuk segera merealisasikan pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Surabaya Selatan.
Seperti diketahui, rencana pembangunan RSUD Surabaya Selatan telah digaungkan beberapa waktu lalu. Rencananya, fasilitas kesehatan modern ini akan dibangun di kawasan Karangpilang. Namun, prosesnya perlu diawasi ketat agar tidak mengalami keterlambatan.
“Antrean panjang di IGD ini menunjukkan tingginya kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan. Pasien tidak ingin dirujuk ke rumah sakit lain dan lebih memilih menunggu, meski harus berlama-lama fengan harapan segera mendapatkan kamar rawat inap” ungkap Dr Akmarawita Kadir, Ketua Komisi D DPRD Kota Surabaya, Rabu, 13 November 2024.
Dr Akma menyampaikan, sebenarnya program Universal Health Coverage (UHC) yang diterapkan di Kota Surabaya mendapatkan sambutan positif dari masyarakat.
Namun, di balik keberhasilan program ini, muncul tantangan baru berupa lonjakan signifikan pasien pengguna BPJS Kesehatan kelas 3 yang harus menunggu lama untuk mendapatkan kamar perawatan.
Ia mengungkapkan bahwa pihaknya telah menerima banyak laporan dari masyarakat terkait sulitnya mendapatkan kamar perawatan kelas 3 di sejumlah rumah sakit umum daerah (RSUD), seperti RSUD Soewandhie dan RSUD BDH.
“UHC memang program yang sangat baik, namun kita perlu melihat lebih jauh lagi dampaknya. Lonjakan pasien BPJS kelas 3 ini menunjukkan tingginya minat masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang disediakan pemerintah. Namun, di sisi lain, hal ini juga menjadi beban bagi rumah sakit,” sambung politisi Partai Golkar ini.
Lanjut Dr Akma, bahwa pembangunan RSUD Surabaya Selatan menjadi solusi tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan adanya rumah sakit baru, diharapkan dapat meringankan beban rumah sakit yang sudah ada dan meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang lebih dekat dan merata.
“Berdasarkan hal ini, saya melihat ada urgensi agar supaya pelayanan kesehatan kian dekat dan merata, tidak ada lagi antrian yang banyak di IGD RS, sehingga sangat perlu adanya penambahan rumah sakit di kota Surabaya ini,” imbuh Sekretaris DPD II Partai Golkar Surabaya ini.
Pihaknya pun memberikan apresiasi tinggi terhadap langkah Pemerintah Kota Surabaya yang telah memasukkan anggaran pembangunan RSUD Surabaya Selatan dalam APBD 2025.
“Saya sangat mengapresiasi Pemerintah Kota Surabaya, sudah menggedok dalam APBD 2025 pembangunan RS Surabaya Selatan, yang nantinya akan di bangun di daerah Karangpilang,” benernya.
Ia menegaskan pentingnya pengawasan terhadap proses pembangunan RSUD Surabaya Selatan agar berjalan sesuai rencana dan tidak mengalami keterlambatan. Sebab masyarakat sudah menanti-nantikan kehadiran RS ini.
“Kita harus mengawalnya dengan baik, agar pembangunan ini dapat terlaksanan dan terwujud pada tahun 2025, dan tidak tertunda atau molor, pokoknya kita kawal pembangunan RS ini sampai beroperasi dengan standar pelayanan kesehatan yang baik,” papar wakil rakyat dari Dapil 5 Kota Surabaya ini.
Selain itu, Akma memberikan penekanan pentingnya persiapan matang dalam proses lelang pembangunan RSUD Surabaya Selatan. Menurutnya, kesiapan dokumen yang lengkap dari para peserta lelang akan sangat menentukan kelancaran proses pembangunan dan percepatan operasional rumah sakit tersebut.
“Saya berharap, nantinya para pengembang yang akan mengikuti lelang pembangunan RS Surabaya Selatan dapat mempersiapkan segala dokumen-dokumennya dengan baik. Dokumen yang lengkap dan sesuai dengan persyaratan akan memperlancar proses pemilihan pemenang lelang, dan proses-proses lainnya dalam persiapan pembangunan RS ini,” tandasnya.
Dengan kelancaran proses lelang, Dr Akma optimis bahwa RSUD Surabaya Selatan dapat mulai beroperasi pada akhir tahun 2025. Hal ini sangat dinantikan oleh masyarakat Surabaya, terutama mereka yang tinggal di wilayah Surabaya Selatan.
“Jika semua proses berjalan sesuai rencana, kami optimis RSUD Surabaya Selatan dapat mulai melayani pasien pada akhir tahun 2025. Dengan demikian, permasalahan antrean panjang di ruang IGD sejumlah rumah sakit di Surabaya, seperti RSUD Soewandhie dan RSUD BDH, dapat teratasi. Pelayanan di IGD akan menjadi lebih optimal dan masyarakat mendapatkan akses yang lebih mudah terhadap layanan kesehatan berkualitas,” tuntasnya. BOY/BAD