SURABAYA, Slentingan.com – Pengamat politik Rocky Gerung mengajak pemuda Surabaya memilih pemimpin dengan nalar kritis dan menyambut Pilkada Serentak 2024. Ia meminta generasi muda tidak asal memilih calon gubernur Jatim.
Rocky mengungkapkan bahwa pemimpin ideal harus memenuhi kriteria etikabilitas dan intelektualitas sebelum diuji oleh elektabilitas. Apalagi cagub tersebut didukung oleh kekuasaan.
“Nalar kritis dimaksudkan untuk diuji dan diuji,” ujar Rocky dalam diskusi bertajuk Mengasah Nalar Kritis Anak Muda di Era Disrupsi Informasi, Sabtu malam, 23 November 2024.
Dia menekankan bahwa etikabilitas mencakup pemahaman mendalam seorang pemimpin terhadap kondisi rakyatnya serta rekam jejak bersih tanpa keterlibatan kasus korupsi.
“Kalau dia lolos itu (etikabilitas dan intelektualitas), barulah kita izinkan dia untuk diuji oleh elektabilitas,” tegasnya.
Pada kesempatan ini, Rocky turut menyampaikan kritik keras terhadap kandidat yang mendapat dukungan dari Jokowi, yang menurutnya hanya memperkuat politik dinasti dan memanfaatkan kekuasaan.
Dia berharap, anak muda dapat menggunakan akal sehat untuk tidak memilih pemimpin yang sekadar menjadi alat politik.
“Saya mau menghalangi kandidat-kandidat yang menebeng pada kekuasaan dan menggunakan fasilitas kekuasaan,” katanya.
Diskusi ini turut menghadirkan dosen FISIP Universitas Airlangga (Unair) Airlangga Pribadi sebagai panelis.
Airlangga menekankan pentingnya menilai rekam jejak calon pemimpin, termasuk keberhasilannya dalam mengelola persoalan masyarakat sebelumnya.
“Apakah orang yang kita pilih itu bersih, tahu persoalan atau tidak, dan memiliki jejak langkah yang menunjukkan keberhasilan dalam memimpin,” ujar Airlangga.
Dia mengingatkan bahwa memilih pemimpin tidak hanya soal menggunakan hak pilih, tetapi juga berpikir matang sebelum menentukan pilihan.
“Jadi memilih itu bukan hanya menggunakan hak, tapi menggunakan pikiran kita terlebih dahulu,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Komunitas Pemuda Lingkar Kritis Raden Arkan mengapresiasi antusiasme peserta dalam diskusi ini, yang dihadiri oleh sekitar 400 mahasiswa.
“Alhamdulillah, meskipun acara dapat dikatakan cukup mendadak, namun mendapat respons positif dari masyarakat,” ungkap Raden Arkan.
Pihaknya berharap, kegiatan ini mampu meningkatkan kesadaran pemuda dalam menyaring informasi dan mengasah nalar kritis, terutama di era digital yang penuh dengan manipulasi opini.
“Harapannya, masyarakat, khususnya pemuda, dapat lebih kritis dalam mengelola informasi,” tuntas dia. HUM/BOY