SURABAYA, Slentingan.com – Joko Widodo, warga Jalan Dupak Bangunrejo I, melayangkan kritik keras terhadap pelayanan Puskesmas Dupak. Ia menuding lambannya respons tenaga medis menjadi penyebab istrinya meninggal dunia pada Senin, 16 Juni pukul 10.00 WIB.
Sang istri sebelumnya mengalami muntaber pada Minggu malam (15/6), disertai muntahan berwarna hitam kecoklatan dan tekanan darah 150/80.
Meski sempat membaik saat Subuh, kondisi korban kembali memburuk keesokan paginya. Dalam keadaan panik, Joko segera meminta pertolongan ke Puskesmas Dupak yang hanya berjarak sekitar 300 meter dari rumahnya.
Namun bukannya langsung diberi bantuan, petugas puskesmas justru mengarahkan Joko untuk menghubungi layanan darurat 112. Padahal, menurut pengakuan Joko, ia sudah dua kali mencoba menghubungi 112 sebelumnya, namun tidak mendapat respons.
“Petugas bilang ini kondisi darurat, tapi tetap saja saya disuruh telepon 112. Padahal jaraknya dekat, satu menit pun sudah sampai. Bukannya lebih cepat kalau mereka langsung ke rumah?” ungkap Joko dengan nada kecewa saat ditemui Memorandum, Minggu, 22 Juni 2025.
Karena tak kunjung mendapat bantuan, Joko akhirnya mendatangi rumah ketua RT setempat untuk meminta bantuan. Dari informasi yang diterimanya, layanan 112 hanya bisa diakses dari nomor-nomor yang telah terdaftar, seperti milik ketua RT.
Setelah ketua RT menghubungi 112, barulah petugas kelurahan dan tim medis datang ke lokasi. Sayangnya, ketika petugas medis tiba sekitar satu jam kemudian, istri Joko telah dinyatakan meninggal dunia.
“Petugas bilang, indikasinya istri saya sudah meninggal. Kalau saja sejak awal petugas puskesmas mau datang dan memeriksa langsung ke rumah, mungkin nyawanya masih bisa diselamatkan. Tapi saya tidak tahu lagi, Wallahu a’lam,” ucap Joko pilu.
Ia menilai Puskesmas Dupak gagal merespons situasi darurat secara cepat, padahal jaraknya sangat dekat dari rumah. Joko juga mengungkapkan bahwa beberapa warga lain pernah mengalami hal serupa, di mana mereka tetap diarahkan ke 112 alih-alih mendapat pertolongan langsung dari puskesmas.
Pihak Puskesmas Dupak, termasuk Kepala Puskesmas dan Lurah setempat, telah datang ke rumah Joko untuk menyampaikan belasungkawa dan meminta maaf. Namun bagi Joko, permintaan maaf tersebut bersifat normatif dan belum disertai langkah konkret untuk memperbaiki pelayanan.
“Mereka hanya minta maaf dan bilang ini jadi masukan agar puskesmas lebih baik ke depannya. Menurut saya, itu jawaban normatif. Tidak ada efek jera, tidak ada sanksi. Harusnya ada tindakan nyata,” tegas Joko.
Ia berharap kejadian ini menjadi pembelajaran serius agar pelayanan kesehatan, khususnya di Puskesmas Dupak, dapat ditingkatkan dan kejadian serupa tidak terulang kembali. HUM/GIT