SIDOARJO, Slentingan – Ratusan warga binaan muslim Rutan Perempuan Surabaya, mengikuti salat tarawih berjemaah pada malam pertama Ramadan (22/3/2023). Salat tarawih berjemaah akan menjadi salah satu instrumen pembinaan kerohaniaan selama bulan suci.
“Karena Ramadan adalah bulan spesial bagi umat muslim, maka kami juga mengadakan pembinaan kerohanian yang khusus dan hanya ada di bulan suci ini,” ujar Kakanwil Kemenkumham Jatim Imam Jauhari.
Pembinaan kerohanian khusus yang dimaksud Imam diantaranya adalah salat tarawih berjemaah, tadarus hingga buka puasa bersama. Menurut Imam, momen ramadan menjadi sangat berarti bagi sebagian besar warga binaan yang mayoritas muslim.
“Kami ciptakan suasana ramadan di lapas/ rutan semirip mungkin dengan budaya di masyarakat Jawa Timur, agar warga binaan tidak merasa sedang dihukum, tapi kita bina agar siap ketika kembali ke masyarakat,” urainya.
Pria asal Pamekasan itu menjelaskan bahwa pembinaan kerohanian pada Ramadan akan menjadi booster bagi warga binaan. Pihak rutan melalui Sistem Penilaian Pembinaan Narapidana (SPPN) akan merekam setiap pembinaan yang diikuti warga binaan.
“SPPN berfungsi sebagai instrumen penilaian perubahan perilaku warga binaan, yang selanjutnya akan digunakan sebagai data dukung utama dalam pelaksanaan hak-hak dan program bagi mereka,” ulas Imam.
Sementara itu, Karutan Perempuan Surabaya Amiek Diyah Ambarwati menjelaskan, bahwa dari 156 orang warga binaannya, 139 diantaranya muslim. Untuk itu, program pembinaan krohanian selama Ramadan akan dipusatkan di Masjid Al-Insyiroh Rutan Perempuan Surabaya. Tidak hanya warga binaan yang dilibatkan, tapi juga petugas dan pengasuh dari lembaga swasta.
“Setiap malam selama Ramadan akan diisi dengan shalat Tarawih berjamaah, ceramah agama yang diisi oleh ustaz dari Yayasan YDSF Surabaya dan tadarus,” ujar Amiek.
Amiek menjelaskan bahwa pihaknya memberikan diskresi untuk jam malam. Yaitu untuk memberikan tempat bagi warga binaan untuk bisa menjalankan ibadah yang hanya ada di bulan suci.
“Ini merupakan salah satu bentuk pelayanan kami kepada warga binaan untuk melaksanakan ibadah selama bulan Ramadan,” ucap Amiek.
Meski demikian, pengawasan dan pengamanan dari petugas juga tetap dilakukan. Selama melakukan ibadah di malam hari seperti salat tarawih seluruh warga binaan tetap dalam pengawasan petugas.
“Tentunya karena ini kita laksanakan pada malam hari, petugas pengamanan kita siagakan secara ekstra untuk menjaga situasi tetap aman dan kondusif. Jangan sampai terjadi gangguan keamanan dan ketertiban selama pelaksanaan salat tarawih,” tutup Amiek Diyah Ambarwati.
Di sisi lain, seorang warga binaan bernama Afriska Al Afia mengatakan bahwa ini adalah pengalaman pertamanya menyambut Ramadan di dalam rutan. Meski begitu, dia mengaku berusaha ikhlas dan menerima kondisi yang ada.
“Berkat dukungan teman-teman sesama warga binaan dan petugas, saya jadi lebih kuat dan tabah serta semangat beribadah selama sebulan ke depan,” ujarnya.
Perempuan yang divonis 6 tahun 2 bulan karena kasus penyalahgunaan narkotika itu berharap dirinya bisa menjadi pribadi yang lebih baik.
“Saya harap perubahan sikap dan perilaku yang saya usahakan ini bisa membantu saya mendapatkan remisi hukuman sehingga bisa segera berkumpul bersama keluarga di rumah,” tutupnya. (HUM/CAK)