
JAKARTA, SLENTINGAN.COM
Direktorat Jenderal (Ditjen) Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) sudah berkoordinasi dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) untuk menelusuri dugaan kebocoran data yang dijual di situs gelap Raid Forum.
“Kami bergegas melakukan koordinasi dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) untuk verifikasi dan validasi terkait dugaan kebocoran data ini. Dalam proses pemeriksaan tentunya ada protokol keamanan yang harus ditempuh,” ujar Kepala Bagian Humas dan Umum Ditjen Imigrasi, Arya Pradhana Anggakara, melalui keterangan resmi, Jumat (14/1).
Kebocoran data ini pertama kali diungkap di Twitter oleh akun @rednesia. Akun tersebut juga membagikan tangkapan layar dari akun yang menjualnya di situs gelap.
“Kami juga mengimbau agar masyarakat berhati-hati dalam menerima dan mengolah informasi yang baru diterima. Banyak modus penipuan terutama melalui dunia maya, jadi harap waspada,” tandasnya.
Angga menjelaskan desain ataufielddata yang diunggah di website tersebut tidak lazim atau tidak sesuai dengan desain yang digunakan oleh Ditjen Imigrasi. Oleh karena itu, kata dia, penelusuran lebih lanjut penting dilakukan.
Sebelumnya, kabar kebocoran data tersebut ramai diperbincangkan di jagat maya, hari ini, Jumat (14/1). Kebocoran data itu pertama kali diungkap di Twitter oleh akun @rednesia.
Informasi di lapangan menyebutkan, ada data karyawan dari Bank sebuah bank. Dalam tangkapan layar yang dibagikan terdapat potongan surat memo yang dikeluarkan pada 4 Januari 2021.
Sementara itu kebocoran data juga menimpa Ditjen Imigrasi. Dalam laman tersebut muncul file berjudul ‘Indonesia Immigration Data up to 2021/September’. Data yang disebar akun bernama DBChaser berisi 3,5 juta data, yang diambil dari tahun 2015 sampai September 2021.
Dalam postingan tersebut terdapat informasi unggahan di raidforum, yaitu pada 12 Januari 2022, pukul 22:27. Data yang dibocorkan itu meliputi data paspor, id pengguna, nama lengkap, jenis kelamin, tanggal lahir, hingga masa berlaku paspor.
Selanjutnya sebanyak 12 juta data pelanggan perusahaan finansial (pinjol) juga diduga bocor, namun tidak disebutkan nama perusahaan pinjol yang dimaksud. Data itu diunggah oleh RafRR dan diposting pada 12 Januari pukul 12.09 siang. Dalam data sampel yang diunggah terdapat informasi nama lengkap, nomor ponsel dan alamat lengkap. (CAK)