JAKARTA, Slentingan.com – Praktik prostitusi online dengan kencan bareng warga negara asing asal Vietnam yang dijalankan seorang muncikari warga WNA asal Tiongkok dibongkar oleh jajaran Imigrasi Jakarta Barat, Kemenkumham DKI Jakarta.
Tarif yang dipatok Rp 10 juta sekali kencan (ngeseks) untuk memuaskan hasrat seks pria hidung belang di salah satu hotel kawasan Gajah Mada, Jakarta Barat.
Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Non TPI Jakarta Barat, Nur Raisha Pujiastuti, mengatakan penggerebekan bermula dari informasi masyarakat yang ditindaklanjuti dengan operasi undercover buy.
Dari penggerebekan tersebut, tim Intelijen dan Penindakan Keimigrasian (Inteldakim) di bawah komando Mangatur Hadiputra Simanjuntak, mengamankan seorang WNA asal Tiongkok dan lima asal Vietnam yang melakukan kegiatan tidak sesuai dengan visa dan izin tinggal yang diberikan.
“Bidang Intelijen dan Penindakan Keimigrasian Kantor Imigrasi Jakarta Barat segera bergerak melakukan operasi intelijen keimigrasian setelah mendapatkan laporan dari masyarakat,” ujar Nur Raisha Pujiastuti dalam keterangan resmi, Senin, 15 Juli 2024.
Dalam aksi penyamaran tersebut, petugas mengamankan VDN bersama lima wanita lainnya yang dibawa oleh VDN. Kelima wanita tersebut adalah LTNM (34 tahun), NTV (23 tahun), PTP (22 tahun), NTT (18 tahun) yang merupakan WNA Vietnam, dan LQ (33 tahun) WNA Tiongkok. Mereka tertangkap basah sedang melakukan praktik prostitusi.
Setelah diamankan, keenam WNA tersebut dibawa ke Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Non TPI Jakarta Barat untuk pemeriksaan lebih lanjut.
“Dalam pemeriksaan, terungkap bahwa para WNA Vietnam yaitu VDN, LTNM, NTV, PTP, dan NTT masuk ke Indonesia dengan Bebas Visa Kunjungan. WNA Tiongkok, yaitu LQ, menggunakan ITAS Investor saat berada di Indonesia,” sambung Kasi Inteldakim Mangatur.
VDN diduga berperan sebagai mucikari, sementara lima wanita bawaaannya mendapat upah prostitusi Rp 10.000.000,- per kencan.
Dalam rilis yang dihadiri Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta, R. Andika Dwi Prasetya, ini melanggar Undang-Undang Keimigrasian dan bisa dikenakan tindakan administratif keimigrasian.
“Para WNA ini berkegiatan yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan pemberian izin tinggal atau visa yang diberikan. Karenanya, mereka disangkakan melanggar Undang-Undang Keimigrasian dan bisa dikenakan tindakan administratif keimigrasian,” kata Andika.
Keenam WNA tersebut terbukti melakukan penyalahgunaan izin tinggal keimigrasian dan akan dikenakan tindakan administratif keimigrasian berupa deportasi dan penangkalan sebagaimana diatur dalam Pasal 75 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.
Komitmen Direktorat Jenderal Imigrasi dalam menjaga keamanan negara tentunya akan terus diwujudkan melalui penegakan hukum.
“Keberhasilan penangkapan WNA ini merupakan hasil kinerja organisasi yang baik dalam menjalankan tugas dan fungsi pengawasan dan penindakan WNA. Kami harapkan, dengan dukungan penuh dari masyarakat, Imigrasi bisa mengambil langkah strategis untuk menjaga keamanan dan ketertiban negara, khususnya di wilayah kerja Kantor Imigrasi Jakarta Barat,” tutup R. Andika.
Barang Bukti yang Dikumpulkan Petugas sebagai berikut:
A. 5 paspor Vietnam milik VDN, LTNM, NTV, PTP, dan NTT
B. Satu paspor Tiongkok milik LQ
C. Eenam) buah telepon genggam
D. 16 (enam belas) alat kontrasepsi
E. Satu buah pelumas
F. Uang tunai sebesar Rp 50.000.000
G. Dua buah telepon genggam milik VDN yang di dalamnya terdapat riwayat percakapan elektronik terkait transaksi praktik prostitusi online. HUM/BOY