SURABAYA, Slentingan.com — Surabaya boleh besar, tapi oleh-olehnya belum tentu dikenal. Fakta inilah yang mendorong DPD Partai Golkar Surabaya bergerak cepat, membuka panggung bagi para pelaku UMKM lewat Lomba Cipta Oleh-Oleh Khas Surabaya.
Tujuannya Partai Golkar Surabaya jelas, mencari ikon baru yang benar-benar ngena, bukan sekadar tempelan nama kota. Lomba ini pun memastikan reaksi pencipta kuliner berada kebolehan sejak bulan Juni 2025 lalu.
Dari 60 peserta, hanya 10 terbaik yang berhasil melaju ke babak grand final yang digelar Sabtu malam, 19 Juli 2025, di Kantor DPD Golkar Surabaya. Mereka tak hanya membawa produk, tapi juga harapan—agar karya mereka menjadi simbol baru kota ini, yang bisa dibawa pulang dan dikenang.
Para finalis diuji habis-habisan oleh deretan juri berkaliber tinggi. Sebut saja King Abdi (pengusaha kuliner), Indah Nugrowibowo (Ketua APJI Jatim), Cicim Rakhmawati (Asosiasi Handicraft Jatim), Safni Yeti (ASEPHI Jatim), dan Puguh Sugeng Sutrisno (PHRI Surabaya). Penilaian tak cuma soal rasa atau rupa, tetapi juga nilai budaya, keunikan, dan potensi pasar.

“Surabaya butuh ikon baru. Bukan karena tak punya, tapi karena yang ada belum cukup mewakili wajah kota ini secara menyeluruh,” tegas dr. Akmarawita Kadir, Sekretaris DPD Golkar Surabaya, di sela-sela penjurian.
Ia menuturkan, ide lomba ini lahir dari kegelisahan sederhana: mengapa setiap akhir pekan, hanya satu titik di Surabaya yang selalu padat, sementara potensi lain terabaikan?
“Antrean panjang di Rungkut tiap libur itu memantik pertanyaan. Apa iya kota sebesar Surabaya cuma punya satu magnet wisata kuliner?” ucapnya.
Menurutnya, Surabaya menyimpan kekayaan kuliner dan kerajinan tangan yang luar biasa, namun belum punya “oleh-oleh wajib” seperti halnya Jogja dengan bakpia atau Bandung dengan brownies. “Lontong balap memang legendaris, tapi kita butuh ikon baru yang bisa dibanggakan generasi sekarang,” tegasnya.
Melalui lomba ini, Golkar Surabaya ingin menggugah potensi yang selama ini tersebar, namun belum terangkat maksimal. Harapannya, ikon oleh-oleh baru ini tak hanya memperkuat identitas kota, tapi juga memicu pertumbuhan UMKM secara merata, tanpa lagi terpusat di satu zona saja.
Tak tanggung-tanggung, total hadiah Rp 89 juta digelontorkan sebagai bentuk penghargaan atas kreativitas dan inovasi para peserta.
Lebih dari sekadar lomba, ini adalah gerakan: mengubah wajah Surabaya dari kota transit menjadi kota yang dirindukan, lewat oleh-oleh yang layak dikenang dan dibawa pulang.
“Ini baru permulaan. Kami ingin Surabaya punya lebih dari sekadar cerita sejarah. Kami ingin kota ini punya cita rasa dan ciri khas yang terus hidup lewat tangan-tangan UMKM,” pungkas dr. Akma penuh semangat.