Surabaya – Pedagang dan pengelola Pasar Turi Baru mendatangi gedung DPRD Kota Surabaya, Rabu (7/6/2023). Kedatangan mereka membahas upaya mempercepat pemulihan Pasar Turi Baru bersama Komisi B DPRD Kota Surabaya. Karena sampai hari ini masih ada ribuan stan di Pasar Turi masih tutup.
Ketua Komisi B Luthfiyah mengatakan, bahwa harus ada pihak yang berwenang untuk mengecek ribuan stan yang masih memilih tutup itu. Bahkan ia meminta pengelola mengenai adanya 1.000 stan yang dimiliki satu orang. Dan pihaknya meminta membuat aturan untuk segera membuka dagangan.
“Lama gak buka harus ada aturan. Kalau tidak buka harus ada batasannya. Punya stan terus ditutup, kate digawe opo (mau dibuat apa),” kata politisi Partai Gerindra ini.
Menurutnya harus ada solusi dan aturan yang punya stan banyak dan tidak buka-buka sekian lama. Ia berharap pengelola harus bisa menyelesaikannya.
“Yang pasti Komisi B akan mendorong untuk itu agar segera buka,” pungkas Lutfiyah.
Sekadar diketahui, salah satu upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk membuat pedagang mau berjualan adalah dengan menggratiskan biaya retribusi selama 10 tahun. Tepatnya saat mereka membuka stan serentak pada Hari Jadi Kota Surabaya pada tanggal 31 Mei yang lalu.
Namun, hal itu tidak terlaksana. Sebab masih banyak ribuan stan tutup. Ditengarai, tidak dibukanya stan itu karena ada satu orang yang punya sampai ratusan bahkan ribuan stan. Meski ada yang buka, tapi tidak sebanding dengan yang memiliki stan ratusan sampai ribuan.
Sementara itu perwakilan pedagang Pasar Turi Kemas Abdul Halim mengatakan bahwa ia tidak menyalahkan pengelola maupun pemkot. Tapi pengelola dan pemkot harus mengecek pemilik stan. Karena ada satu orang yang punya sampai ratusan bahkan ribuan stan.
“Bagaimana mau buka kalau satu orang punya 100, ada yang 200. Silahkan di cek. Yang banyak itu tidak buka. Yang buka yang kecil kecil, yang punya 2 stan, 3 stan, punya 1 ya buka. Soalnya kewajiban,” kata Kemas.
Ia mengungkapkan bahwa Pasar Turi adalah rumahnya pedagang. Jika tidak ditempati dan dibuka pastinya jadi rumah setan. Jika ingin tau harus di cek and ricek.
“Bayangkan kalau sudah namanya stan nisa sebanyak itu namanya apa? Jualan stand. Bukan pedagang pasar,” ungkapnya.
Sementara itu, General Manajer Pasar Turi Baru, Teddi Supriadi mengungkapkan bahwa belum pulihnya Pasar Turi dikarenakan belum banyak pedagang yang buka. Ketika membuat event di Pasar Turi untuk menarik pengunjung, tetapi tidak banyak stan pedagang yang buka, pastinya pengunjung akan kecewa.
“Pastinya mereka (pengunjung) bilang wes males wes gak morono maneh, isek sepi,” katanya.
Pengelola sudah berupaya untuk membuat pedagang mau masuk. Dan telah mengklasifikasikan kenapa pedagang tidak mau masuk.
Yang pertama adalah karena sudah terlalu lama tutup, kedua faktor secara ekonomi makro belum pulih pasca pandemi, dan yang ketiga karena sudah punya stan di tempat lain.
Untuk menarik hati pedagang agar mau berjualan, pengelola memberikan program yaitu dengan membebaskan service charger. Dan hanya membebankan biaya listrik serta untuk food court listrik dan air.
“Kami juga memberikan insentif-insentif lain yaitu dengan menurunkan biaya listrik yang sebelumnya 300 ribu kita turunkan menjadi 100 ribu. Itu sudah melalui rapat dengan pemkot dan paguyuban pedagang,” kata Teddi.
Banyak stimulus-stimulus yang pengelola berikan seperti mempermudah pedagang untuk berjualan. Bahkan ada juga program buka dulu bayar belakangan. Artinya pengelola tidak memperhitungkan (menangguhkan) tagihan-tagihan sebelumnya. Dan sudah mensosialisasikan ke pedagang melalui grup WA maupun secara langsung.
“Dan alhamdulillah per tanggal 31 Mei kemarin setelah kita catat kembali yang sudah buka ada 1.200 an. Alhamdulillah sudah naik 2x lipat. Artinya sudah ada respons dari pedagang,” ucapnya.
Di Pasar Turi Baru sendiri ada sekitar 6600 stan dan yang sudah terjual ada sekitar 4500. Jadi tingkat huniannya ada 1200 dari 4500 stan.
“Jadi ini adalah awal yang baik. Bagaimanapun juga setelah sekian lama tutup dan buka kembali adalah modal kuat bagi kami. Sehingga kami bisa bersinergi dan kita ramaikan mendatangkan pengunjung,” katanya.
“Kita harus gotong royong dan kalau dari investor saja itu berat. Tapi harus dari semua pihak dari pemerintah kota, DPRD, maupun pedagang,” ungkapnya. (HUM/CAK)